Ankara, Islamic Geographic – Majalah “The Economist” Inggris memicu kemarahan yang luas di jalan-jalan Turki, karena sampulnya minggu ini, yang berisi sejumlah ungkapan dan slogan yang menyerang Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Di sudut sampul majalah, yang berjudul “Pemilihan Paling Penting Selama 2023”, terdapat sejumlah slogan dan ungkapan termasuk “Selamatkan Demokrasi”, “Erdogan Harus Pergi”, “Turki dan Masa Depan Demokrasi”.

Baca juga: Kontroversi Iklan Minuman Beralkohol di Turki, Picu Polemik dalam Pilpres Mendatang.. ini videonya

Majalah tersebut, yang merupakan salah satu majalah terbesar dan terkenal di Inggris, mengatakan melalui akun Twitter-nya bahwa kepergian Erdogan akan memiliki konsekuensi global, dan akan menunjukkan kepada seluruh pendukung demokrasi di mana saja bahwa pemimpin kuat dapat dikalahkan.

Majalah tersebut juga mengubah gambar sampulnya di akun Twitter-nya menjadi gambar bendera Turki dengan slogan “Erdogan Harus Pergi”.

Majalah Inggris tersebut memicu kontroversi luas di media sosial Turki karena sampulnya, dan beberapa orang menunjukkan bahwa majalah tersebut mengekspresikan sikapnya yang anti terhadap Erdogan dalam setiap pemilihan.

Baca juga: Apa tujuan kunjungan Presiden Iran ke Damaskus untuk pertama kalinya dalam 12 tahun?

Juru bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalin, menulis dalam sebuah cuitan di Twitter: “Mereka bersemangat lagi, dan kali ini meraka menambahkan bahwa “pemerintah baru oposisi akan memperbaiki hubungan yang rusak dengan Barat.” Saya tahu bahasa ini dengan baik, dan pesan dan konteks yang disampaikan adalah untuk tetap tenang, karena sudah berlalu hari-hari dimana memberi perintah kepada kami, keputusan terakhir ada pada rakyat di kotak suara”.

Koordinator Pusat Pemberantasan Informasi Menyesatkan Direktorat Komunikasi Presiden Turki, Idris Kardas, menanggapi sampul “The Economist,” dengan mengatakan: “Ini bukan serangan pertama mereka terhadap kehendak rakyat, mereka ingin Turki diperintah sesuai kepentingan mereka, mereka ingin kita tidak memiliki gas alam seperti yang tidak pernah kita miliki sejak satu abad lalu”.

Baca juga: Korban Jiwa Meningkat: 4 Syuhada dalam Serangan Israel di Tepi Barat

Dia melanjutkan: “Mereka ingin kita tidak memiliki senjata pertahanan terhadap mereka dan organisasi teroris yang mereka pimpin, seperti yang tidak pernah kita miliki selama satu abad terakhir, mereka ingin kita menjadi koloni dari sudut pandang ekonomi, sehingga lingkungan keuangan global datang dan duduk di kepala kita, seperti yang telah mereka lakukan selama sekitar satu abad”.

Dan dia berkata: “Mereka ingin Turki terpecah, selalu bergejolak, dan dalam konflik .. Mereka ingin dengan mudah melaksanakan semua jenis operasi yang mereka lakukan di negara mereka dan melakukan itu untuk kepentingan kelompok sempit di negara kita”.

Dia menambahkan: “Jika mereka tidak menginginkannya, mengapa mereka menaruh slogan ‘Jangan Pilih Erdogan’ di sampul mereka, dan menggambarkan kehendak rakyat sebagai ancaman bagi demokrasi, mengapa mereka dengan keras menyerang Presiden Erdogan?”.

Baca juga: Israel kembali lancarkan serangan brutal di Gaza (Video)

Dan dia menutup komentarnya: “Perang pertama dimulai pada 14 Mei 1950 dan masih berlanjut, kita akan terus berjuang untuk Turki yang sepenuhnya independen”.

Kata Hilal Kalaan, seorang penulis terkenal, dalam cuitan di akun Twitter-nya: ‘Jurnalis dari majalah The Economist, juru bicara globalisasi, menulis di sampulnya “Waktunya Erdogan pergi”, tetapi Erdogan akan membuatmu diam dengan kemenangan.

Seorang aktivis menulis dalam cuitannya bahwa perlawanan majalah tersebut adalah “pengakuan yang jelas bahwa Cilichdaroglu adalah orang kita”.

Facebook Comments Box

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here