Oleh Eliffa Ashria, Mahasiswa Magister Prodi Magister Ilmu Komunikasi, FISIP UPN Veteran Jakarta

Dalam dinamika hubungan manusia, Martin Buber (8 Februari 1878– 13 Juni 1965) seorang filsuf asal Jerman mengenalkan suatu konsep yang dapan digunakan untuk mengatasi krisis dalam komunikasi melalui karya tahun 1923 berjudul  “Ich und Du”, atau dalam bahasa Inggris, “I and Thou” atau “Aku dan Engkau”. Konsep ini menjadi dasar filosofi eksistensialis Buber yang terkenal mengenai ‘dialog’. Sebuah perspektif yang mengajak kita untuk melihat satu sama lain bukan sebagai objek, tetapi sebagai subjek yang unik dan berharga.

I-Thou, menurut Buber, adalah cara untuk melibatkan diri secara penuh dalam hubungan, dengan menyadari dan menghargai keunikan individu. Misalnya dalam kehidupan berpasangan, kita sering dipetemukan dengan pertanyaan sederhana yang sebetulnya mencerminkan keberlangsungan dan makna kehadiran pasangan, seperti pertanyaan.

“Jadi kita ini apa?”

Sebenarnya, pertanyaan ini bukan hanya mengenai status hubungan semata, namun juga tentang sejauh mana kita bersedia membuka diri dan benar-benar berada di sini untuk satu sama lain. Jika salah-salah jawab, hubungan menjadi rentan terhadap masalah dan krisis.

Dengan mengadopsi konsep I-Thou, kita dapat mengatasi hambatan dalam komunikasi sehari-hari dan menciptakan ruang bagi kedalaman intimasi hubungan. Karena bagaimana kita berbicara, mendengarkan, dan merespons dapat menjadi manifestasi nyata dari kesadaran ini. Dalam setiap interaksi, kita memiliki kesempatan untuk menciptakan hubungan yang lebih bermakna dengan menilik ke dalam jiwa satu sama lain.

Teori “I-Thou” dari Buber menekankan pentingnya hubungan yang tulus dan penuh makna sebagai cara untuk memperoleh arti dan kepuasan dalam hidup.

Buber yakin bahwa melalui dialog dan hubungan yang penuh ketulusan dengan sesama, kita dapat memahami eksistensi diri sendiri lebih mendalam.

Peran I-Thou dalam Memperbaiki Krisis Hubungan

 

Namun, bagaimana jika hubungan tersebut mengalami krisis?

Krisis dalam hubungan seringkali disebabkan oleh kita tidak mampu untuk melihat dan menghargai diri sendiri sebagai “I” dan juga pasangan sebagai “Thou”. Ketika kita melihat orang lain sebagai objek atau “It”, kita cenderung mengabaikan keunikan dan harga diri mereka. Ini dapat menyebabkan konflik dan ketegangan dalam hubungan.

Dalam konteks krisis hubungan, teori I-Thou Buber menawarkan solusi untuk membantu memulihkan hubungan yang rusak dan mencegah krisis. Caranya adalah dengan melihat dan menghargai orang lain atau pasangan sebagai individu yang unik dan berharga, dengan ini harapannya kita dapat memandang mereka dengan lebih baik serta membangun hubungan yang lebih kuat dan lebih sehat. Berikut ini 6 Tips mengadopsi konsep I-Thou untuk memperlancar komunikasi dalam hubungan.

6 Tips Menerapkan I-Thou dalam Hubungan

Menerapkan konsep I-Thou dalam hubungan sehari-hari dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut:

  1. Hadir Sepenuhnya

 

Saat berinteraksi dengan orang lain, hadirkan diri Anda sepenuhnya. Jangan biarkan pikiran Anda melayang ke tempat lain. Fokus pada saat ini dan pada orang yang Anda hadapi.

2. Dengarkan dengan Penuh Perhatian

Saat orang lain berbicara, dengarkan dengan penuh perhatian. Jangan terburu-buru untuk merespons atau memikirkan apa yang akan Anda katakan selanjutnya. Hargai apa yang mereka katakan dan tunjukkan bahwa Anda peduli.

3. Lihat Orang Lain sebagai Individu Unik

Setiap orang adalah individu yang unik dengan pengalaman, perasaan, dan perspektif mereka sendiri. Jangan lihat mereka hanya sebagai bagian dari kelompok atau kategori. Lihat mereka sebagai ‘Thou’ – individu yang berharga dan unik.

4. Lebih Membuka Diri

Jangan takut untuk membuka diri dan menunjukkan kelemahan Anda. Ini dapat membantu membangun kepercayaan dan kedekatan dalam hubungan.

5. Hargai Keunikan Orang Lain

Setiap orang memiliki keunikan mereka sendiri. Hargai keunikan ini dan jangan mencoba untuk mengubah mereka menjadi sesuatu yang mereka bukan.

6. Jalin Hubungan yang Autentik

Jangan puas dengan hubungan dipermukaan yang dangkal. Berusahalah untuk membangun hubungan yang lebih dalam dan lebih bermakna bersama pasangan atau orang terkasih.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam hubungan sehari-hari, kita dapat menjalani hidup yang lebih kaya dan lebih memuaskan. Jangan lupa bahwa setiap interaksi adalah kesempatan untuk bertemu dengan ‘Thou’ dan untuk memperdalam pemahaman kita tentang diri sendiri dan dunia di sekitar kita.

Menerapkan pendekatan “I-Thou” dalam kehidupan sehari-hari memiliki manfaat jangka panjang. Memandang orang lain sebagai individu berharga membantu kita lebih memahami diri sendiri dan orang lain. Hubungan yang lebih kuat dan bermakna dapat meningkatkan kesejahteraan emosional kita. Dengan berinteraksi secara autentik, kita dapat berkembang dan belajar, serta berkontribusi pada masyarakat yang lebih inklusif dan empatik.

Ingatlah bahwa menerapkan konsep I-Thou bukanlah proses yang instan. Ini membutuhkan waktu, kesabaran, dan komitmen. Namun, manfaat jangka panjangnya dapat membuat upaya tersebut menjadi lebih bermakna.

Everything depends on inner change; when this has taken place, then, and only then does the world change.” – Martin Buber.

Menerapkan konsep I-Thou dalam kehidupan sehari-hari tentu dapat memberikan manfaat jangka panjang karena masing-masing individu saling mencoba memahami satu sama lain dengan baik, berikut ini beberapa manfaat yang dapat Anda rasakan sebagai berikut:

  • Memahami Diri Lebih Baik: Dengan melihat orang lain sebagai ‘Thou’, kita juga belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri. Kita mulai memahami nilai-nilai, kepercayaan, dan motivasi kita dengan lebih baik.
  • Hubungan yang Lebih Kuat: Konsep I-Thou membantu kita membangun hubungan yang lebih kuat dan lebih bermakna. Kita belajar untuk menghargai dan menghormati orang lain sebagai individu unik, yang pada gilirannya memperdalam ikatan kita dengan mereka.
  • Kesejahteraan Emosional: Hubungan yang sehat dan bermakna dapat meningkatkan kesejahteraan emosional kita. Dengan merasa dihargai dan dipahami, kita merasa lebih bahagia dan lebih puas dalam hidup.
  • Self-growth: Melalui interaksi yang autentik dan bermakna, kita diberi kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Kita dapat mengembangkan empati, kesabaran, dan keterampilan komunikasi yang lebih baik.
  • Kontribusi Positif terhadap Masyarakat: Dengan memperlakukan orang lain sebagai ‘Thou’, kita juga berkontribusi pada masyarakat yang lebih inklusif dan empatik. Ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih damai dan harmonis.

Ingatlah bahwa menerapkan konsep I-Thou bukanlah proses yang instan. Ini membutuhkan waktu, kesabaran, dan komitmen. Namun, manfaat jangka panjangnya dapat membuat upaya tersebut menjadi berharga.

Sudah siap jadi lebih baik untuk diri dan pasangan?

Artikel ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Krisis Komunikasi bersama  Prof. Rachmat Kriyantono dan Dr. Fitria Ayuningtyas.

Sumber:

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (Eds.). (2009). Encyclopedia of Communication Theory

Meindl, P. (2021). From the Thou to the We: Rediscovering Martin Buber’s Account of Communal Experiences. Human Studies, 44, 413–431. https://doi.org/10.1007/s10746-021-09593-4

Morgan, W. J. & Alexandre Guilherme, “I and Thou: The educational lessons of Martin Buber’s dialogue with the conflicts of his times “, Educational Philosophy and Theory, 2010

I and Thou: Philosopher Martin Buber on the Art of Relationship and What Makes Us Real to One Another

Facebook Comments Box

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here