OLEH: IMAM SHAMSI ALI
“Penghuni syurga: karena setiap malam sebelum tidur saya pastikan jika dalam hati saya tidak ada dendam dan kecurigaan pada orang lain”.
Hidup ini penuh dengan tantangannya. Mungkin anda pernah berselisih paham dengan saudara, tetangga, bahkan isteri/suami atau oran tua. Atau memang pernah bertengkar dengan salah seorang di sekeliling anda.
Atau boleh jadi karena satu dan lain hal anda tiba-tiba saja mempertanyakan tentang seseorang dalam benak anda. Si fulan kok punya motor baru ya? Kok punya mobil yang lebih baik dari au ya? Atau pertanyaan-pertanyaan lainnya yang dibarengi kecurigaan-kecurigaan.
Mungkin juga lebih parah lagi. Karena teman anda, tetangga anda, atau orang yang anda kenal punya kelebihan tertentu. Dan itu menjadikan anda tidak tenang. Anda tidak saja ingin memiliki hal yang sama. Padahal mungkin anda tidak berada pada kapasitas itu. Maka diam-diam anda membengun rasa benci, muak, dan marah yang anda sendiri tidak tahu penyebabnya.
Yang terakhir inilah yang disebut “hasad” atau dengki. Bukan sekedar iri hati. Tapi lebih dari iri hati. Anda ingin agar kebaikan dan kelebihan orang lain hilang, bahkan menginginkan agar orang itu juga binasa.
Dalam dunia kompetisi yang dahsyat saat ini kemungkinan anda untuk terjatuh ke dalam perangkap “syetan” ini terbuka lebar. Penyakit yang tidak saja menghalangi kebahagiaan anda. Tapi juga menjadi penghalang kebahagiaan abadi anda, Syurga an-naiim.
Suatu ketika Rasul menyampaikan “ta’lim” kepada para sahabatnya. Tiba-tiba beliau berhenti dan melihat ke belakangan lalu berkata: “sekarang masuk bersama kita seorang penghuni syurga”.
Mendengar itu para sahabat menengok dan melihat seorang yang dalam benak mereka biasa aja.
Peristiwa di atas berulang hingga tiga malam. Dan pada malam ketiga itulah seorang sahabat muda mengikutinya dan meminta izin kepadanya untuk menginap di rumahnya. Dan diapun setuju.
Singkat cerita, sang sahabat muda itu menginap tiga malam untuk melihat bagaimana ibadah beliau sehingga ditetapkan sebagai “ahli syurga” oleh Rasulullah SAW. Ternyata sang sahabat itu tidak menemukan ada sesuatu yang istimewa.
Pada hari ketiga sang sahabat muda itu meminta izin untuk pulang, tapi sekaligus menyampaikan kekecewaannya. Bahwa dalam tiga malam itu beliau ingin melihat sesuatu yang istimewa dari beliau sekaligus memberitahu kalau beliau itu disebut sebagai “ahlul jannah” (penghuni syurga) oleh Rasulullah SAW.
Sang sahabat sederhana itu tentu gembira, tapi juga terkejut. Karena menurutnya dia tidak merasa ada keistimewaan apa-apa dibanding dengan sahabat-sahabat senior lainnya.
Sang sahabat muda kemudian berpaling dan meninggalkan beliau. Baru-baru beberapa langkah, beliau memanggilnya dan berkata: “hanya ada satu satu hal yang mungkin saya anggap kelebihan”. Sahabat muda bertanya: “apa gerangan?”.
Sambil menarik napas, khawatir itu jadi kesombongan atau riya dari beliau. Tapi akhirnya beliau menyampaikan juga: “Setiap malam sebelum tidur saya selalu meyakinkan diri untuk tidak pernah negatif kepada siapapun. Dan itu yang menjadikan saya selalu tertidur pulas di malam hari”.
Demikian percakapan dua sahabat itu. Bahwa ketenangan dan kebahagiaan seringkali hilang dari seseorang, salah satunya, karena beban pikiran negatif terhadap orang lain.
Teman, masanya untuk anda sadar. Jika di siang hari anda sibuk mencari kesalahan-kesalahan orang, di malam hari sibut memikirkan kesalahan-kesalahan sesama. Maka anda telah membuang ketenangan dan kebahagiaan anda.
Masa untuk melakukan pembersihan hati dan pikiran dari berbagai beban iri hati, dengki, dendam, sumpek dan amarah. Bersihkan pikiran anda dari berbagai hal negatif tentang orang lain di sekitar anda. Niscaya hidup anda akan lebih tenang dan bahagia.
* Catatan ringan di musim dingin