Jakarta, Islamic Geographic – Serangan Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam-Hamas beserta faksi-faksi lainnya menyasar pasukan tentara Israel beserta kendaraannya hingga mengalami kerugian besar adalah pembayaran harga atas kejahatan Israel terhadap warga Jalur Gaza, Palestina, selama ini.
Penegasan itu disampaikan Juru Bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaidah dalam pidatonya yang dirilis Media Al-Qassam, Kamis (28/12/2023).
Baca juga: Brigade Al-Qassam Tembak Jatuh Pesawat Pengintai Israel Skylark-2
Pendudukan Israel merujuk pada serangan tangal 7 Oktober 2023 yang seolah menjadi penyulut agresi militer terhadap warga Jalur Gaza. Bahkan, diumumkan diberitahu kepada dunia. Padahal faktanya, mengabaikan aksi pembunuhan perlahan dan diam-diam terhadap rakyat Gaza selama bertahun-tahun.
Yudaisasi, pencaplokan tanah, penodaan Masjid Al-Aqsa, pengepungan Gaza, agresi terhadap para tahanan hingga pengusiran rakyat Gaza dengan segala cara. Kejahatan demi kejahatan berbab-bab telah dilakukan Pendudukan Israel.
Jalur Gaza menjadi penjara terbuka bagi rakyatnya sendiri. “Lalu, mereka menangisi Zionis ketika kami memberikan pukulan terbesar abad ini kepada tentara mereka. Kami membayar harga atas kejahatannya dan mengatakan kepada dunia bahwa kami adalah orang-orang yang menuntut kebenaran, kebebasan dan kehidupan,” tegas Abu Ubaidah.
Baca juga: Sejak Perang Darat, Israel Menderita Kerugian Besar, 1.105 Kendaraan Militer Hancur (Video)
Abu Ubaidah menekankan bahwa rakyat Palestina tidak menghendaki perang apalagi kehancuran. Bahkan sebut Abu Ubaidah, akan lebih baik jika Zionis di Barat dan Timur mengakui hak-hak rakyat Palestina dan mengakhiri pendudukan. Namun, Israel memilih untuk mengulur waktu agar aksi kriminal dapat mereka lakukan.
“Melenyapkan rakyat kami dan melikuidasi tujuan kami, tetapi kami sebagai rakyat mempunyai hak, tujuan, pesan, dan perlawanan. Dan di dalamnya terdapat pesan perlawanan, dan di dalamnya setia pada hak-hak ini. Kami melanjutkan persiapan. Dan berjuang, karena kita tahu bahwa hak tidak dapat diperoleh kembali kecuali hak tersebut dirampas,” tekan Abu Ubaidah.
Sudah 83 hari setelah dimulainya pertempuran ‘Badai Al-Aqsha’ kata Abu Ubaidah, menempatkan entitas Zionis di jalur menuju kehancuran dan keruntuhan. “Ketabahan yang agung ini, orang-orang Gaza yang bangga, yang berasal dari kami dan kami hidup dari mereka. Impian dan harapan mereka, dan setelah epik besar yang ditulis oleh mujahidin dan perlawanan kami, maka mereka melepaskan diri dari pihak musuh,” urainya.
Baca juga: Sehari, Militer Israel Lakukan 20 Kali Pembantaian, 210 Warga Gaza Syahid
Rakyat Gaza pantas mendapatkan kemerdekaan. Rakyatnya selalu menjadi pendukung, dan inkubator perlawanan. “Ada kata-kata dalam masyarakat kita yang legenda bahwa tidak dapat memberikan haknya atau menggambarkannya. Kemuliaan, kebanggaan dan kebesarannya,” katanya.
Abu Ubaidah kembali menegaskan bahwa rakyat Palestina telah berjuang selama puluhan tahun. Perlawanan akan terus ditunjukkan terhadap kebiadaban agresi militer Israel. “Demi rakyat kami, tanah kami, tempat suci kami, dan tanah terjauh kami, di tengah kekecewaan yang menjijikkan dari rezim dan komunitas internasional yang diatur oleh hukum rimba dan dikendalikan oleh Zionis di Gedung Putih,” ungkap Abu Ubaidah. (top/**)