Gaza, Islamic Geographic – Delapan puluh sembilan hari sudah perang genosida, pemusnahan terhadap rakyat Palestina oleh militer Pendudukan Zionis Israel. Air mata warga Jalur Gaza, Palestina seolah tak pernah kering.

Pembantaian demi pembantaian, bom udara dari jet tempur militer Israel tak berhenti dijatuhkan di pemukiman warga. Bagi warga Gaza, tak ada lagi tempat yang aman untuk mereka berlindung. Wilayah yang diklaim aman oleh Israel, justru menjadi ladang pembantaian.

Baca juga: Siapakah pemimpin Al-Qassam Brigade yang syahid bersama Al-Arouri di Beirut?

Korban terus berjatuhan. Kejahatan perang, Hukum Humaniter Internasional seolah tak ada maknanya bagi Israel. Israel adalah nyata teroris!

Agresi militer Israel sejak ‘Badai Al-Aqsha’ 7 Oktober 2023 hingga kini atau 89 hari serangan brutal nan biadab, tak kunjung berakhir.

Kantor Media Pemerintah Palestina mempublikasikan update statistik terpenting terkait perang brutal di Jalur Gaza, Rabu (3/1/2024).

Juru Bicara Kantor Media Pemerintah Palestina, Ismail Abu Tsawabitha mengungkapkan bahwa militer Israel telah melakukan 1.863 pembantaian. Baik pembantaian serangan darat maupun udara. Terbanyak adalah bentuk pembantaian udara dengan menjatuhkan bom berkekuatan hulu ledak tinggi hingga menghancurkan gedung.

Baca juga: Komite Pemantau Kekuatan Nasional & Islam Serukan Perlawanan

Terhadap aksi pembantaian itu, warga sipil Jalur Gaza yang dinyatakan syuhada dan orang hilang mencapai 29.313. Jumlah 22.313 warga Jalur Gaza syahid itu yang tiba di rumah sakit. Sementara sisanya dinyatakan hilang, tertimbun reruntuhan gedung atau tak diketahui keberadaannya.

Dari jumlah itu, jumlah anak-anak tak berdosa yang dinyatakan syahid menjadi 9.600 anak. Kaum Hawa yang syuhada mencapai 6.750.

Ismail Abu Tsawabitha juga mengungkap bahwa tenaga medis juga menjadi korban agresi militer Israel. Jumlahnya mencapai 326 syuhada. Empat puluh dua para martir pertahanan sipil.

Pekerja media pun tak luput dari sasaran serangan Israel. Jumlah yang tewas dari kalangan pewarta adalah 106 orang.

Baca juga: Pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, syahid dalam serangan Israel di Beirut

Ismail Abu Tsawabitha menyebut pula bahwa sekira 7.000 warga Jalur Gaza dinyatakan hilang. Tujuh pulu persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.

Di kesempatan yang sama, Ismail Abu Tsawabitha mengumumkan bahwa warga mengalami bencana kesehatan. Sebab, 57.296 warga terinfeksi penyakit akibat buruknya lingkungan dan tak tersedianya kecukupan obat-obatan. Bahkan, terdapat 10.000 pasien kanker menghadapi risiko kematian.

Selain mengalami kekurangan ketersediaan obat-obatan dan fasilitas penunjang kesehatan, militer Israel menangkapi 99 tenaga medis, di antaranya adalah dokter spesialis. Tak hanya menangkap tenaga medis, tentara Israel juga menangkap 10 jurnalis.

Ismail Abu Tsawabitha melaporkan bahwa sekira 1,9 juta warga Jalur Gaza mengungsi. Kondisi lingkungan di kamp pengungsian menyebabkan 355.000 warga Jalur Gaza tertular penyakit.

Ismail juga mengungkap fakta kebiadaban Israel yang menghancurkan 130 kantor pemerintah, 93 sekolah dan universitas hancur total, 292 sekolah dan universitas.

Sebanyak 122 masjid hancur total, dan 218 bangunan masjid hancur sebagian. Sedangkan tiga gereja hancur dibombardir pasukan udara Israel.

Ribuan warga Jalur Gaza kehilangan tempat tinggalnya. Betapa tidak, 65.000 unit rumah hancur total dan 290.000 unit rumah hancur sebagian.

“Enam puluh lima ribu ton bahan peledak dijatuhkan di Gaza. Jumlah rumah sakit tidak dapat digunakan lagi 30 rumah sakit, 53 Puskesmas tidak dapat melayani pasian serta 150 institusi kesehatan sebagian menjadi sasaran pendudukan. Kendaraan, 104 ambulans hancur total,” ungkap Ismail Abu Tsawabitha.

Seolah seluruh fasilitas yang berada di Jalur Gaza, hendak dihancurkan. Terbaru, sebanyak 200 situs arkeologi dan peninggalan sejarah dihancurkan. (top/**)

Facebook Comments Box

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here