Gaza, Islamic Geographic – Gencatan senjata antara pendudukan Zionis Israel dan perlawanan Palestina di Gaza mulai berlaku pada pukul sepuluh malam Sabtu setelah mencapai kesepakatan melalui mediasi Mesir.
Seorang pemimpin Palestina yang mengetahui situasi mengonfirmasi bahwa “gencatan senjata antara perlawanan Palestina dan pendudukan Israel telah diberlakukan setelah persetujuan dari kedua pihak Palestina dan Israel melalui mediasi Mesir,” dan menjelaskan bahwa “kesepakatan gencatan senjata termasuk berhenti menargetkan warga sipil dan menghancurkan rumah-rumah warga.” Seperti dilaporkan Arabi21.
Baca juga : 6 jiwa tak berdosa tewas dalam serangan udara Zionis Israel di Gaza
Detail Kesepakatan
Sementara itu, juru bicara media di “Komite Perlawanan” di Palestina, pemimpin Mohammad al-Breem “Abu Mujahid,” dalam pernyataan khususnya kepada Arabi21 mengonfirmasi bahwa kesepakatan ini mencakup gencatan senjata menghetikan serangan, yang diumumkan secara resmi oleh Mesir dengan kalimat; “Menghentikan pembunuhan warga sipil dan penargetan rumah-rumah, serta berhenti menargetkan individu,” dan ini adalah poin yang sangat penting, menggantikan siasat Israel melakukan pembunuhan,” dan menekankan bahwa “perlawanan Palestina akan komitmen dengan gencata senjata selama musuh juga berkomitmen.”
Disebutkan dalam dokumen kesepakatan gencatan senjata: “Berdasarkan persetujuan kedua pihak, Mesir mengumumkan gencatan senjata antara pihak Palestina dan Israel pada pukul sepuluh malam tanggal 13 Mei 2023.”
Selanjutnya disebutkan: “Sehubungan dengan hal tersebut, pihak-pihak yang terlibat berkomitmen untuk mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang meliputi penghentian penargetan warga sipil dan penghancuran rumah-rumah, serta penargetan individu, segera setelah gencatan senjata mulai berlaku.”
Baca juga : Untuk pertama kalinya sejak eskalasi, Perlawanan Palestina hujani Pemukiman Yerusalem dengan Roket (Video)
Dokumen tersebut diakhiri dengan kata-kata: “Mesir mendorong kedua belah pihak untuk melaksanakan kesepakatan ini dan akan terus berkomunikasi dengan kedua pihak untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata.”
Beberapa menit sebelum gencatan senjata dimulai, perlawanan Palestina mengebom permukiman sekitar Gaza dan di selatan Tel Aviv.
Terkait perkembangan negosiasi gencatan senjata antara perlawanan Palestina dan pendudukan Zionis Israel melalui mediasi Mesir, seorang pemimpin Palestina menjelaskan dalam pernyataan khusus kepada “Arabi21” bahwa “dengan keteguhan perlawanan Palestina untuk menghentikan kebijakan pembunuhan oleh pendudukan Israel, mereka telah mengajukan usulan baru.”
Pemimpin tersebut menyatakan bahwa “Usulan Mesir baru tersebut mencakup penghentian penargetan warga sipil dan anggota militer dari kedua pihak, dan ini yang ditolak oleh perlawanan Palestina karena formulasi ini tidak memberikan batas.”
Dia menegaskan bahwa “perlawanan Palestina menolak formulasi ‘ketenangan untuk ketenangan’ yang Israel tekankan,” dan menekankan bahwa “apa yang sedang terjadi saat ini adalah upaya untuk memberikan tekanan pada perlawanan Palestina.”
Dewan Operasi Bersama
Dalam respon pertamanya, Dewan Bersama faksi-faksi perlawanan Palestina menyatakan bahwa “putaran pertempuran telah berakhir, dan perlawanan Palestina memasuki dan keluar dari pertempuran ini dengan bersatu padu dan kokoh seperti bangunan yang kokoh, Perlawanan Palestina telah menorehkan sejarah baru tentang keteguhan, pengorbanan, dan kepahlawanan. Kami memperingatkan musuh yang pengecut agar tidak lagi melakukan ke kebijakan pembunuhan. Senjata kami tidak pernah terbungkus dan tangan kami di atas pelatuk, dan jika kalian kembali, kami juga akan kembali.”
Dewan Bersama juga memberikan penghormatan kepada “para syuhada dalam pertempuran yang diberkahi ini, yang menjadi korban pengecut tangan Zionis di antaranya para pemimpin perlawanan pahlawan Brigade Saraya Al-Quds, dan pejuang dan mujahid perlawanan sayap-sayap militer yang ada di dalam Dewan Bersama, serta seluruh rakyat kami yang gugur dalam pertempuran ini, mereka telah melukis lukisan kebanggaan dan kemenangan dengan darah mereka.”
Sebelumnya, sumber-sumber Israel dan Palestina mengatakan bahwa mediator Mesir telah mengajukan formula baru untuk gencatan senjata di Gaza, yang mencakup penghentian pengeboman rumah-rumah sipil di wilayah Gaza. Gerakan Jihad Islam diyakini telah memberikan persetujuan secara prinsip terhadap proposal tersebut, sementara pemerintah pendudukan masih mempertimbangkan masalah tersebut, yang masih terdapat perbedaan pendapat antara pihak-pihak dan pejabat pemerintah Israel.
Saluran 12 Ibrani melaporkan bahwa kepala staf militer, kepala Shin Bet, telah menyetujui proposal yang diduga telah dimediasikan oleh Mesir, sementara perdebatan memanas antara mereka dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Tanpa memeberika rincian.
Baca juga : Berapa Jumlah Penduduk “Israel” Setelah 75 Tahun menduduki Palestina?
Seorang sumber Palestina sebelumnya mengatakan kepada “Arabi21” bahwa negosiasi menenangkan kondisi telah terhenti antara faksi-faksi perlawanan dan pendudukan karena ketegangan pendudukan dan keinginan mereka untuk tidak memberikan janji penghentian pembunuhan di Gaza.
Dia menjelaskan bahwa “perlawanan Palestina mensyaratkan kepada mediator Mesir agar pendudukan Israel secara tegas berkomitmen untuk menghentikan serangan dan tidak kembali ke kebijakan pembunuhan terhadap para pemimpin Palestina.”
Sumber tersebut menyebutkan bahwa “pemimpin pendudukan memiliki kesiapan untuk berkomitmen terhadap hal ini, mereka menginginkan ketenangan untuk ketenangan, sementara itu perlawanan Palestina menegaskan bahwa tidak ada gencatan senjata hanya untuk kembali ke ketenganan untuk ketenangan.”
View this post on Instagram
Sejak dini hari Selasa, pesawat pendudukan melancarkan serangan terhadap Gaza yang telah menyebabkan kematian 33 warga Palestina, termasuk 6 anak-anak dan 3 wanita, serta 6 pemimpin dari Saraya Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam, dan melukai 147 orang lainnya dengan berbagai luka. Sementara itu, faksi-faksi Palestina telah membalas dengan serangan roket yang mencapai Tel Aviv dan beberapa kota di tengah negara.
Baca juga : Masa Depan Israel dalam Bahaya? Setengah Warga Negara Khawatir akan Masa Depan yang Suram
Reaksi
Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, Hussein al-Sheikh pada Sabtu, menyambut kesepakatan penenangan antara faksi-faksi Palestina dan pendudukan Israel.
Al-Sheikh mengatakan dalam sebuah pernyataan pers: “Kami menyambut baik kesepakatan penenangan dan penghentian agresi di wilayah Gaza, dan kami sangat berterima kasih kepada Mesir atas peran dan upaya besar mereka dalam mencapai kesepakatan ini.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman, menyampaikan kepada rekan sejawatnya, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, bahwa Doha menyambut baik gencatan senjata di Gaza.
Hal tersebut disampaikan melalui panggilan telepon antara bin Abdulrahman dan Shoukry, seperti diberitakan Kantor berita Qatar, setelah mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Palestina dan Israel melalui mediasi Mesir.
Di sisi lain, Koordinator Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdamaian di Timur Tengah, Tor Wennesland, menyambut baik pengumuman gencatan senjata di Gaza.
Wennesland mengatakan: “Kami mengimbau semua pihak untuk segera memulihkan akses bantuan kemanusiaan, ekonomi, dan mendukung upaya pemulihan kehidupan di wilayah Gaza.”