Jakarta, Islamic Geographic – Bencana kemanusiaan melanda warga Jalur Gaza, Palestina di tengah agresi militer Israel tanpa henti sejak ‘Badai Al-Aqsha’ berkobar 7 Oktober 2023 lalu. Bencana kemanusiaan itu, ribuan warga Gaza yang mendiami kamp-kamp pengungsian terancam akan terinfeksi beragam jenis penyakit, akibat buruknya kondisi lingkungan sekitar.
Baca juga: Sehari, Militer Israel Lakukan 20 Kali Pembantaian, 210 Warga Gaza Syahid
“Kondisi kemanusiaan dan kesehatan para pengungsi telah mencapai tingkat bencana yang tak terlukiskan. Dan lebih dari 1,9 juta pengungsi kekurangan air, makanan, dan obat-obatan,” tutur Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina, dr. Ashraf Al-Qudra melalui siaran rilis, Kamis (28/12/2023).
Ashraf menyebut, sekira 50 ribu ibu hamil menderita kehausan, gizi buruk, dan minimnya perawatan kesehatan di pusat penampungan.
Lima puluh persen dari pengungsi adalah anak-anak. Mereka sebut Ashraf, rentan terhadap dehidrasi, malnutrisi, penyakit pernapasan dan kulit, pilek ekstrem, dan kurangnya vaksinasi untuk bayi baru lahir.
Baca juga: 47 Tentara Israel Terluka Parah dalam 24 Jam Terakhir di Gaza
“Kami menyerukan kepada lembaga-lembaga internasional untuk melakukan intervensi segera untuk mencegah bencana kesehatan dan kemanusiaan di semua pusat dan tempat penampungan serta menyediakan air, makanan, dan layanan kesehatan, terutama bagi kelompok rentan,” ungkap Ashraf.
Di tengah kondisi yang dialami warga Gaza, bantuan medis masih terbatas dan tidak sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. “Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menyediakan mekanisme baru untuk memastikan aliran bantuan sesuai dengan prioritas medis kami guna menyelamatkan ribuan orang yang terluka dan sakit,” kata dia.
Mekanisme untuk meninggalkan korban luka tidak efektif dan tidak merespon banyaknya jumlah infeksi. “Kita perlu menyediakan mekanisme baru yang memungkinkan ratusan korban luka keluar setiap hari,” ujarnya.
Prioritas mendesak adalah mengirimkan 5.000 orang yang terluka dengan kasus serius untuk mendapatkan perawatan intensif di luar negeri guna menyelamatkan nyawa mereka. (top/**)